Membicarakan tentang pendidikan anak tidak ada habisnya, perjalanan ini menemukan saya dengan banyak peristiwa, tidak pernah terkira oleh saya kalau saya menekuni bidang pendidikan. Sejak saya kuliah saya hanya mengenal siswa yang tingkatannya tinggi (SMP-SMA sederejat) awalnya yang bodoh memang malas belajar, dan yang pintar itu serius mau belajar tanpa melihat apa yang melatarbelakangi mereka. Sejak Magang 3 pada tahun 2016, Qadarullah saya ditempatkan di sekolah pelosok di Bengkulu, di sana hanya sedikit yang bisa dikategorikan "pintar", guru-guru di sana saya sebut darah tinggi semua, sebab jarang sekali saya melihat guru yang tidak teriak-teriak atau yang tidak marah ketika masuk ke dalam kelas. Kedatangan kami membuat guru-guru lumayan ringan, karena kami yang menggantikan mereka masuk kelas. Singkatnya, dalam magang 3 itu saya baru sadar bahwa setiap anak memiliki latar belakang yang berbeda-beda, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang memiliki pengalaman tid
السلام عليكم بسم ﷲ ارحمنرحيم Pernah kepikiran sekolah untuk apa? Katanya sih untuk mendidik anak-anak bangsa, biar berilmu dan memiliki akhlak yg mulia. Ya, tapi apakah kita sebagai orang tua dan guru benar telah menerapkan itu kepada anaknya? Saya tidak mengatakan mereka yg benar-benar ingin mendidik anaknya, namun realitanya pada beberapa orang tua dan kebanyakan menginginkan anaknya dapat nilai tinggi, oke kita terima, karena mungkin sebagai pembuktian bahwa dia memiliki ilmu, namun bagaimana dengan kata-kata "ah biarlah, yg penting dia sekolah dan lulus, bisa kerja?". Ada hal yg miris pernah saya dapat kan dari ucapan siswa SMA tempat saya mengajar Bimbel. Jadi mereka meminta saya untuk membantu mereka menjawab pertanyaan ketika ujian sekolah nanti, lalu saya jawab, kalo kalian ujian masih minta saya yang kerjakan, lalu apa fungsi kalian les di sini? Apa fungsi kita bahas soal-soal, nilai itu tidak begitu penting, tapi seberapa kamu punya ilmu, sebab itu kalian bela