Langsung ke konten utama

YANG NGAKU SUNNAH KOK NGGAK MAU DIAJAK DISKUSI SAMA YANG DI CAP AHLI BIDAH?


Bismillahirahmanirrahim.
Pernah nggak sih dengar ustad kondang ngomong "itu ustad yang ngaku sunnah, jangankan gurunya, muridnya aja nggk mau di ajak diskusi bareng" aku cuma mau jawab "ya iyalah, gurunya aja nggak mau diajak debat, yang ilmunya sudah tinggi, pemahaman hadis, hapalannya, apalagi muridnya, yang ilmunya belum seberapa dibandingkan gurunya" kenapa demikian?

Mengalah dari debat kusir, karena “kita tidak akan bisa menang debat melawan orang yang bodoh dan tidak beradab“.
Mengalah dalam debat, sebagaimana sebuah ungkapan:
وما جادلني جاهلٌ إلا وغلبني
“Tidaklah aku mendebat orang bodoh, pasti aku akan kalah”
Berdebat (apalagi di media sosial) menimbulkan banyak kerugian:

Pertama, Membuang-buang waktu yang berharga
Waktu kita akan habis untuk berdebat kusir yang terkadang tidak ada ujungnya.

Kedua, Mengeraskan hati karena sering sakit hati dan berniat membalas. Padahal tujuan dakwah adalah menasihati dan yang namanya nasihat itu menghendaki kebaikan pada saudaranya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat”. [1]

Ketiga, Berdebat akan menimbulkan permusuhan di antara kaum muslimin, padahal kita diperintahkan agar menjadi saudara se-iman.
Nabi Sulaiman ‘alaihis sallamberkata kepada anaknya,
يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ
“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” [2]

Keempat, Mengalah yaitu meninggalkan debat (walaupun nanti akan dikira akan kalah) bukanlah kalah yang sesungguhnya.
Mengalah untuk menang, mundur selangkah (mengambil kuda-kuda) untuk melompat jauh ke depan. itulah kemenangan bagi mereka yang berjiwa besar menghidari debat tidak berguna. Oleh karena itu mengalah dan meninggalkan perdebatan, pahalanya sangat besar.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.” [3]

Kelima, Walaupun sebenarnya  kita bisa menang dalam berdebat akan tetapi, bisa jadi dia menolak kebenaran karena gengsi kalah, padahal dia mengakui kebenaran telah datang.
Terkadang dakwah ditolak bukan karena materinya yang salah atau orang yang menyampaikan, tetapi cara dakwah yang tidak dapat diterima. Salah satunya adalah dakwah dengan debat kusir yang tidak bermanfaat.
Sekali lagi dakwah itu untuk kebaikan dan berniat kebaikan, perhatikan betapa tawadhu-nya Imam Syafi’i, beliau berkata
مَا نَاظَرْتُ أَحَدًا إِلا عَلَى النَّصِيحَةِ
“Tidaklah aku mendebat seseorang melainkan dalam rangka memberi nasihat.”[4]
Beliau juga berkata,
وَاللَّهِ ، مَا نَاظَرْتُ أَحَدًا ، فَأَحْبَبْتُ أَنْ يُخْطِئَ
“Demi Allah, tidaklah aku mendebat seseorang melainkan berharap akulah yang keliru.” [5]

Semoga kita tidak terpancing ikut berdebat dan dihindarkan dari berdebat.
@ Masjid Al-Ashri Yogyakarta – Selagi menunggu hujan deras berhenti – 


Catatan kaki:
[1] HR. Muslim 55/95
[2] Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi
[3] Shahih at-Targib wat Tarhib, jilid 1, no. 138
[4] Adabu Asy-Syafi’i wa Manaqibuhu hal. 69
[5] Tabyinu Kadzbil Muftari hal. 340

Dari artikel tersebut dapat kita ketahui, bahwa berdebat dengan ahli bidah hanya akan menguras energi, membuat nafsu naik, jika ilmu kita masih sedikit, iman kita masih suka naik turun, takutnya keblablasan ninju orangkan.
Pada dasarnya ahli Bidah kebanyakan sangat keras pada pendapatnya, walaupun dia tau itu adalah kebenaran, tapi tetap saja mencari cari alasan untuk pembenaran, dan well ketika diam, mereka akan merasa menang dalam perdebatan, dan itu salah sekali, karena ahli sunnah merasa itu bukanlah tandingan mereka untuk berdebat, cukup pada orang orang yang cerdas, sebab imam syafi'i mengungkapkan "tak kala aku berdebat, kecuali untuk menasehati" jika sudah nasehati tapi tetap berkeras, ahli sunnah akan berlepas diri, tanpa memperpanjang perdebatan yang tidak ada akhir, alias debat kusir.
Itu pandangan saya sebagai manusia awam, Allahu A'lam wa Allahu yahdik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah agar menjadi manusia berilmu?

السلام عليكم بسم ﷲ ارحمنرحيم Pernah kepikiran sekolah untuk apa? Katanya sih untuk mendidik anak-anak bangsa, biar berilmu dan memiliki akhlak yg mulia. Ya, tapi apakah kita sebagai orang tua dan guru benar telah menerapkan itu kepada anaknya? Saya tidak mengatakan mereka yg benar-benar ingin mendidik anaknya, namun realitanya pada beberapa orang tua dan kebanyakan menginginkan anaknya dapat nilai tinggi, oke kita terima, karena mungkin sebagai pembuktian bahwa dia memiliki ilmu, namun bagaimana dengan kata-kata "ah biarlah, yg penting dia sekolah dan lulus, bisa kerja?". Ada hal yg miris pernah saya dapat kan dari ucapan siswa SMA tempat saya mengajar Bimbel. Jadi mereka meminta saya untuk membantu mereka menjawab pertanyaan ketika ujian sekolah nanti, lalu saya jawab, kalo kalian ujian masih minta saya yang kerjakan, lalu apa fungsi kalian les di sini? Apa fungsi kita bahas soal-soal, nilai itu tidak begitu penting, tapi seberapa kamu punya ilmu, sebab itu kalian bela...